ArtikelWarisan Budaya

Mengungkap Sejarah Candi Gedong Songo, Warisan Abad ke-8

16
×

Mengungkap Sejarah Candi Gedong Songo, Warisan Abad ke-8

Share this article
Candi Gedong Songo merupakan candi yang terletak di lereng Gunung Ungaran. (Sumber foto: Fatimah Putri)

Media Waradhana — Di tengah hiruk pikuknya kota Semarang, terdapat situs candi yang menyimpan sejumlah kisah di baliknya, yakni Candi Gedong Songo. Candi ini berlokasi di Kabupaten Semarang atau tepatnya di Jalan Ke Candi Gedong Songo, Dusun Krajan, Kecamatan Bandungan. Tak hanya menyajikan arsitektur yang kental dengan budaya, Candi Gedong Songo juga menawarkan keindahan alam yang menakjubkan. Candi Gedong Songo merupakan destinasi wisata yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyuguhkan cerita sejarah dibaliknya.

Sejarah Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo merupakan sebuah kompleks candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno yang didirikan pada sekitar abad ke-8. Candi ini termasuk ke dalam warisan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra. Gedong Songo ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1804 di lereng Gunung Ungaran.

Awal mulanya, Candi Gedong Songo hanya ditemukan sebanyak tujuh bangunan dan dinamakan sebagai Gedong Pitu. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1908 sampai 1911 ditemukan dua bangunan candi tambahan oleh arkeolog asal Belanda, yakni Van Stein Callenfels. Semenjak itu, Candi Gedong Pitu berubah nama menjadi Candi Gedong Songo. Dalam bahasa Jawa, Gedong memiliki arti bangunan dan Songo berartikan sembilan.

Bangunan Candi Gedong 1 masih digunakan sebagai tempat persembahan. (Sumber foto: Fatimah Putri)

Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya merupakan raja yang membangun Candi Gedong Songo pada awal pemerintahannya. Candi ini memiliki bentuk arsitektur bangunan yang mirip dengan beberapa candi di kawasan Dieng. 

“Kira-kira kalau disini (Candi Gedong Songo) hampir sama dengan Candi Dieng. Dari struktur bangunanya juga sama dengan Candi Dieng,” ujar Juru Pelihara Cagar Budaya, Solikhun saat diwawancarai pada Kamis (31/05).

Dalam candi ini terdapat arca Siwa Mahakala, Siwa Mahaguru, dan Ganesha yang digunakan sebagai tempat pemujaan dewa. Umat Hindu mempercayai bahwa gunung adalah tempat bersemayamnya para dewa. Oleh karena itu, Candi Gedong Songo sangat kental dengan aksen agama Hindu. 

Aksen kebudayaan dan kepercayaan agama Hindu yang kental dalam Candi Gedong Songo dapat dilihat ketika akan memasuki bangunan Candi Gedong 1. Pihak pengelola wisata mewajibkan setiap orang yang ingin masuk ke area Candi Gedong 1 untuk menggunakan kain batik yang telah disediakan. Penggunaan kain batik ini sebagai perwujudan tanda menghormati karena Candi Gedong 1 masih digunakan menjadi tempat persembahan bagi umat Hindu. 

Terdapat Papan Informasi yang Memudahkan Pengunjung untuk Menuju Setiap Candi.(Sumber foto: Fatimah Putri)

Kompleks Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo memiliki keunikan tersendiri dibandingkan situs candi lainnya. Tak seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur, lokasi dari setiap bangunan Candi Gedong Songo tersebar di beberapa titik lereng Gunung Ungaran. Setiap candi mempunyai bentuk dan ukiran yang unik serta mencerminkan arsitektur Hindu. 

Karena letaknya yang tidak berdekatan, pengunjung perlu berjalan kaki atau menaiki kuda untuk dapat melihat kelima candi yang masih utuh. Kontur jalan pun didominasi tanjakan karena lokasinya yang berdekatan dengan gunung. 

Solikhun mengatakan bahwa di Candi Gedong Songo dibagi dalam lima kompleks. 

“Kalau yang tertera di sini kan kompleks. Ada kompleks candi satu, dua, sampai lima,” tutur Solikhun. 

Letak dari kelima candi tersebut tersebar di berbagai tempat. Pada kompleks pertama berlokasi di sisi timur bukit dengan dua candi, kompleks kedua terletak di utara dengan dua candi, dan terakhir satu candi di sisi barat. 

Terdapat motif pada bangunan Candi Gedong 1. (Sumber foto: Fatimah Putri)

Arsitektur Candi Gedong Songo

Struktur bangunan candi dapat dibedah menjadi tiga kategori yakni bawah atau dasar bangunan, tengah atau tubuh bangunan, dan atas atau atap bangunan. 

“Jadi candi itu terdiri dari kaki candi. Jadi kaki itu kan ada selasarnya. Yang turun itu namanya kaki candi. Kalau dalam percandian yang lurus itu namanya tubuh candi. Kalau setelah itu agak segitiga itu namanya atap candi,” kata Solikhun.

Candi Gedong Songo memiliki motif dan ornamen yang terdapat makna dibaliknya. Selain itu, juga terdapat patung-patung yang menjadi bagian bangunan candi. 

“Itu kalamakara yang ada di atas pintu sebagai penjaga pintu. Kalau di candi 3 itu ada patung dewa-dewa, Durga dan Mahisasura, itu sebagai penunggu candi juga. Di depan pintu ada lukisan naga sebagai penjaga pintu,” jelas Sholikin. 

Sedangkan untuk motif bangunan candi didominasi oleh motif bunga yang menunjukkan Candi Gedong Songo dibangun pada masa kutri. 

Fungsi Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai persembahan kepada dewa dan tempat penyimpanan abu. 

“Ada sebagian candi itu sebagai tempat ibadah. Juga sebagian waktu pemugaran di candi kelompok 4, ditemukan abu di Candi Perwara. Kalau di sini, sebagian besar digunakan untuk sembahyang dan tempat penyimpanan abu,” kata Solikhin.

Hingga kini, Gedong Songo masih menjadi tempat untuk melakukan tradisi atau ritual oleh masyarakat. “Sekitar tahun 2000-an itu dari Hindu Bali se-Indonesia mengadakan ritual di candi terakhir. Upacaranya dilakukan dengan penyembelihan kerbau di lapangan,” tutup Solikhin.

 

Credit: Media Waradhana/ Fatimah Putri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *