ArtikelWarisan Budaya

Kisah Panjang Benteng Willem II: dari Markas Militer ke Ruang Publik

8
×

Kisah Panjang Benteng Willem II: dari Markas Militer ke Ruang Publik

Share this article
Persembahan tarian kontemporer di acara Srawung Benteng 2025, dengan latar belakang gedung Benteng Willem II. (Sumber foto: Neysa Sheril)

Media Waradhana – Benteng Willem II, atau dikenal sebagai Benteng Ontmoeting yang memiliki arti pertemuan dalam bahasa Belanda, merupakan titik penting dalam perjalanan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berlokasi di Ungaran. Menurut katalog dalam acara Srawung Benteng 2025, bangunan ini merupakan benteng pertahanan untuk memperingati adanya pertemuan antara Sunan Pakubuwono II dan Jendral Gustaf van Imhoff pada 18 Mei 1746. 

Pameran Srawung Benteng 2025 menampilkan foto halaman depan Benteng Ontmoeting (Forn Willem II) di tahun 2009 hasil dokumentasi dari Atlas of Mutual heritage Netherland. (Sumber foto: Neysa Sheril)

Pada tahun 1748, bangunan benteng dijadikan markas garnisun VOC sebagai kepentingan pertahanan seperti melindungi dan mengontrol jalur komoditas barang dari pelabuhan Semarang menuju ibu kota kerajaan Mataram, yakni Yogyakarta dan Surakarta. 

Benteng Willem II juga pernah menjadi tempat pengasingan Pangeran Diponegoro pada 28 Maret 1830 hingga 29 Maret 1830. Namun, banyak sumber beredar bahwa Pangeran Diponegoro mengasingkan diri di Benteng Willem II selama 3 hari. 

“Kalau teman-teman lihat banyak sekali informasi bahwa (Pangeran) Diponegoro itu menginap di sini (Benteng Willem II) selama 3 hari, itu salah. Kita coba benarkan, Diponegoro itu ke sini magrib untuk salat dan bahkan sempat diundang makan malam oleh komandan Benteng, jadi kurang lebih hanya 12 jam, harapnya dengan dengan pameran ini bisa membedakan mana itu sebuah histori, story dan misteri,” jelas kurator pameran Srawung Benteng 2025, Anthony. 

Katalog Srawung Benteng 2025, memuat foto Benteng Willem II sebelum revitalisasi. (Sumber foto: Neysa Sheril)

Bertahun-tahun kemudian, Benteng Willem mulai mengalami perubahan fungsi. Pada tahun 1840, benteng ini dialihfungsikan menjadi rumah sakit untuk merawat perwira dan prajurit. Kemudian pada 1910, benteng digunakan sebagai sekolah bernama Kweekschool. Satu dekade berikutnya, tepatnya tahun 1920, benteng ini kembali menjadi markas atau tempat transit pasukan militer Hindia Belanda (Veld Politie). Memasuki awal 1930-an, benteng ini beralih fungsi menjadi gereja sementara bagi umat Kristen di Ungaran.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, Benteng Willem II digunakan sebagai tempat penahanan sementara sebelum para tawanan dipindahkan ke Benteng Willem I di Ambarawa. Pada tahun 1947 saat Agresi Militer Belanda, benteng ini difungsikan sebagai markas militer Belanda. Setelah Belanda menyerah, benteng ini mulai dimanfaatkan sebagai kantor polisi  pada tahun 1957. Berpuluh-puluh tahun setelahnya, yakni pada tahun 2011, Benteng Willem II direvitalisasi oleh Kepolisian Resor (Polres) Semarang. 

Setelah direvitalisasi, Benteng Willem II kini difungsikan sebagai ruang publik. Selain digunakan untuk pelayanan publik seperti pembuatan SIM, benteng ini juga menjadi lokasi berbagai kegiatan bertema sejarah, seperti acara Srawung Benteng dengan tujuan melestarikan warisan budaya.

Kondisi halaman tengah Benteng Willem II dengan keadaan terawat. (Sumber foto: Neysa Sheril)

 

Credit: Media Waradhana/ Neysa Sheril

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *