ArtikelKomunitas

Denok Kenang Kota Semarang: Representasi Pelestarian Budaya oleh Generasi Muda

22
×

Denok Kenang Kota Semarang: Representasi Pelestarian Budaya oleh Generasi Muda

Share this article
Kenang Rafa dan Denok Naren finalis Denok Kenang Kota Semarang 2025 siap melestarikan budaya melalui program kerjanya pada Rabu (21/05). (Sumber foto: Haifa Nisrinnaya)

Media Waradhana — Pemilihan Denok Kenang 2025 atau Duta Pariwisata Kota Semarang kembali digelar mulai bulan Januari lalu. Ajang pemilihan ini dilakukan melalui berbagai rangkaian proses seleksi, salah satunya adalah proses karantina yang diikuti oleh 15 pasang finalis terpilih. Karantina finalis Denok Kenang 2025 berlokasi di Desa Wisata Jatirejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah. 

Karantina hari ketiga telah dilakukan oleh 15 pasang finalis tepatnya pada Rabu (21/05) yang dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso yang menyampaikan materi mengenai tujuan dan manfaat yang akan diperoleh 15 pasang finalis dalam mengikuti proses karantina tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hadir dalam karantina Denok Kenang Kota Semarang pada Rabu (22/05). (Sumber foto: Haifa Nisrinnaya)

Manfaat yang nantinya akan didapatkan oleh para finalis adalah bertambahnya berbagai skill dan kemampuan individu dalam memberikan pemahaman terhadap dunia luar. Pemerintah Kota Semarang berharap para finalis denok kenang menjadi perwajahan serta bisa membantu dalam meningkatkan pariwisata dan memahami budaya kearifan lokal yang ada di Kota Semarang. 

“Selain itu, harapan dari pemerintah Kota Semarang teman-teman Denok Kenang ini menjadi salah satu wajah muka dari Kota Semarang. Mereka akan membantu pemerintah Kota Semarang dalam menjual bahkan membawa nama Kota Semarang ke tingkat yang lebih tinggi,” terang Wing pada Rabu (21/05). 

Hal tersebut sejalan dengan tujuan dari adanya Denok Kenang yang ingin terus menjaga budaya-budaya khas yang ada di Kota Semarang. Selain bertujuan mengajak generasi muda untuk terus peduli pada budaya daerah, Denok Kenang juga menjadi langkah dalam membantu pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. 

Salah satu anggota komunitas, Kenang Petter saat kegiatan Karantina Denok Kenang 2025, Rabu (21/05). (Sumber foto: Haifa Nisrinnaya)

“Kami ingin menjaga eksistensi dari generasi muda terutama Kota Semarang, agar para pemuda-pemudi Kota Semarang dapat memahami budaya yang ada di Kota Semarang. Tentunya kami ingin mengenalkan budaya-budaya di Kota Semarang dan turut ikut serta membantu Pemerintah Kota Semarang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang”. Ungkap salah satu anggota komunitas, Kenang Petter pada Rabu (21/05). 

Harapan tersebut tersalur melalui 15 pasang finalis yang akan menjadi perwajahan dan garda terdepan dalam mengajak para generasi muda melalui program kerja yang telah mereka susun. Contohnya seperti salah satu program kerja yang dibawakan oleh finalis nomor 30, Kenang Rafa, membawakan program kerja satu minggu satu tari yang dilaksanakan di beberapa objek pariwisata Kota Semarang. Nantinya, program ini diharapkan dapat menambah jumlah wisatawan yang berkunjung untuk mengenal budaya dan meramaikan tempat wisata tersebut. 

“Kalau aku sendiri aku ada satu program, di mana program ini adalah satu minggu satu tari. Program ini dijalankan di setiap pariwisata-pariwisata yang memungkinkan banyaknya para wisatawan. Jadi, kita buat program rame-rame bikin tarian bareng-bareng seperti itu. Dari situ mulai naik tuh pengunjung atau wisatawan-wisatawan tempat kita mengadakan event tersebut,” paparnya pada Rabu (21/05). 

Namun, tentu saja berbagai hal tersebut memiliki tantangan tersendiri, mengingat bagaimana generasi muda saat ini yang memiliki ketertarikan tinggi pada budaya luar sehingga menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan oleh para finalis. Seperti yang diungkapkan oleh finalis nomor D25, Denok Naren, bahwa budaya saat ini memiliki aturan tersendiri sehingga kerap bersinggungan dengan ketertarikan generasi muda. 

“Saya jawab point of view dari gen Z, ya. Jadi tantangan terbesarnya itu adalah budaya pakem karena saya melihat banyak teman sebaya saya lebih condong pada budaya barat atau K-Pop seperti itu,” ujarnya pada Rabu (21/05).  

Kendati demikian, Denok Kenang memiliki strategi agar tetap bisa aktif dalam melestarikan budaya Kota Semarang dengan menyertakan unsur budaya dalam setiap program kerja yang dilaksanakan oleh para anggota. Harapannya, para anggota yang tergabung di dalam komunitas mampu menjaga dan memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk mengenal lebih banyak budaya di Semarang. 

“Harapan besar kami sebagai Komunitas Denok Kenang Kota Semarang, yaitu Duta Pariwisata budaya Kota Semarang adalah kami ingin menjaga dan menarik anak muda di Kota Semarang agar mereka dapat mengenal dan tidak melupakan bahkan tidak memudahkan budaya di Kota Semarang. Kami ingin semua anak muda dari Kota Semarang memahami budaya-budaya khas yang ada di Kota Semarang,” tutup Kenang Petter.

 

Credit: Media Waradhana/ Haifa Nisrinnaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *