ArtikelKomunitas

Mengulik Jejak Sejarah Sobokartti : Sanggar Seni Tradisional Otentik Kota Semarang

13
×

Mengulik Jejak Sejarah Sobokartti : Sanggar Seni Tradisional Otentik Kota Semarang

Share this article
Para penari muda tengah berlatih di Pendopo Sobokartti, Semarang sebagai bagian dari upaya pelestarian seni tari tradisional pada Minggu, (18/05). (Sumber foto: Al Kayyisa)

Media Waradhana – Di tengah hiruk pikuk era globalisasi, gempuran modernisasi, dan budaya global yang semakin gencar, Sanggar Sobokartti tetap berdiri kokoh sebagai penjaga nilai-nilai budaya Jawa di Kota Semarang. Sanggar ini bukan sekadar tempat latihan seni, melainkan simbol perjuangan pelestarian seni tradisional yang telah menginjak usia ratusan tahun. Berawal dari keprihatinan atas meredupnya seni budaya Jawa, Sobokartti dibentuk dengan tekad dan semangat untuk menjaga warisan leluhur dan membumikan budaya kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Semarang.

Jejak Awal Berdirinya : Dari Keprihatinan Menjadi  Gerakan

Sanggar Sobokartti lahir pada tahun 1920 atas inisiatif tiga tokoh penting pada masa itu, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII dari Surakarta, Bupati Semarang saat itu, serta seorang insinyur berkebangsaan Belanda. Ketiganya melihat kekhawatiran yang sama, yakni seni budaya Jawa yang kala itu hanya bisa diakses oleh kalangan elite, mulai kehilangan tempat di masyarakat luas. Nama Sobokartti sendiri berasal dari kata sobo yang berarti “tempat” dan karti yang berarti “karya”. Secara keseluruhan, Sobokartti dimaknai sebagai “tempat berkarya” yaitu sebuah ruang terbuka untuk pendidikan seni dan pelestarian budaya Jawa, yang terbuka untuk siapa saja. Sobokartti pun memiliki visi utama sejak awal, yaitu menjadi sarana edukasi budaya, tempat demokratisasi seni, dan pelestarian warisan budaya Jawa.

Gambar plank tulisan Sobokartti dari tampak depan. (Sumber foto: Al Kayyisa)

Sejak didirikan, Sobokartti telah menjadi pusat kegiatan seni budaya di Kota Semarang. Sobokartti memiliki beberapa fokus utama dalam pelestariannya, yaitu pada pelatihan dan pengembangan seni tradisional seperti seni tari, baik tari klasik Jawa maupun tari kreasi, karawitan, pedalangan, batik Ponocoro, dan pranatacara. Dengan sistem pelatihan yang terstruktur dan berjenjang, Sobokartti mampu menjangkau berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak, remaja, mahasiswa, hingga kalangan sepuh atau orang tua.

Salah satu penari yang menari dengan ekspresi sebagai bentuk cerita dalam tari yang dibawakan pada Minggu (18/05). (Sumber foto: Al Kayyisa)

Hingga saat ini, lebih dari 300 anggota aktif berlatih secara rutin di sanggar Sobokartti. Kegiatan pelatihan diadakan setiap minggu dengan jadwal yang sudah terorganisir, seperti kelas tari untuk remaja dan dewasa di beberapa hari tertentu, yakni pada hari Selasa sore, Minggu sore, dan lainnya. Pelatihan pranatacara dilakukan di malam harinya, pelatihan karawitan untuk mahasiswa setiap rabu dan minggu sore, serta pelatihan untuk kelompok usia sepuh pada hari Kamis.

Sobokarti sebagai Pilar Pelestarian di Tengah Gempuran Modernisasi

Perjalanan panjang Sobokarti menjadikannya sebagai salah satu sanggar tertua di Kota Semarang. Lebih dari sekadar institusi seni, Sobokartti adalah benteng budaya, tempat nilai-nilai tradisional dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.

“Sobokarti adalah salah satu pilar dan benteng pelestarian seni budaya di Kota Semarang. Usianya yang telah lebih dari 100 tahun menjadi bukti konsistensi dalam menjaga warisan budaya,” ungkap salah satu pengelola Sobokartti, Darminto ketika diwawancarai.

Di tengah era globalisasi, tantangan pelestarian budaya menjadi semakin kompleks. Arus budaya asing yang masuk begitu deras bisa dengan mudah menggeser perhatian generasi muda. Namun, Sobokartti tetap teguh pada visinya untuk menjadi ruang ekspresi budaya dan pendidikan seni yang merakyat.

Sobokartti memiliki harapan besar terhadap generasi muda. Harapannya bukan hanya untuk menjaga eksistensi sanggar, tetapi juga untuk melestarikan semangat mencintai budaya sendiri.

“Harapannya Sobokartti terus menjadi wadah bagi generasi muda untuk berekspresi tentang seni budaya Jawa. Sesuai dengan visi dan misi awalnya begitu ya, Sobokartti ini untuk pelestarian dan pendidikan, karena tengah gempuran budaya asing, budaya negeri sendiri harus menjadi filter yang mengajarkan nilai luhur dan kebanggaan atas jati diri bangsa yang harus patut dibanggakan” ungkap Darminto.

Mengulik jejak sejarah Sobokarti bukan hanya menggali masa lalu, tetapi juga menyusun mozaik masa depan. Sebagai tempat berkarya dan belajar, Sobokartti terus menjadi ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal, mencintai, dan melestarikan seni tradisional. Dalam usia yang sudah melampaui satu abad, Sobokartti membuktikan bahwa akar budaya bisa tetap tumbuh, berkembang, dan berbunga asalkan dijaga bersama.

Dengan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya sendiri, Sobokartti adalah bentuk pertahanan seni di tengah kota, sekaligus saksi hidup keteguhan masyarakat Semarang dalam merawat budaya leluhurnya.

Credit: Media Waradhana/ Al Kayyisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *