
Demak, 13 Agustus 2025 — Sektor pertanian merupakan bidang pekerjaan yang cukup dekat dengan warga Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Terbukti dengan jumlah penduduk Desa Menur sebanyak 659 penduduk tercatat memiliki profesi sebagai petani. Khususnya, pada varietas padi dan jagung. Kondisi lahan, cuaca serta faktor varietas yang turun-temurun dibudidayakan, menjadikan padi dan jagung memenuhi hamparan persawahan di Desa Menur.
Demi mengangkat isu yang dekat dengan penduduk di Desa Menur, 11 Mahasiswa Kelompok A KKN-T 62 Undip bekerja sama dengan Zaenal Arifin, S.Si., M.Si., F.Med. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang juga merupakan Dosen Fisika Undip. Inovasi yang diusulkan merupakan upaya mendukung kemajuan pertanian padi dan jagung di Desa Menur. Dengan mengajukan tema besar “Pemeliharaan Sektor Tani Padi dan Jagung dengan Alat Semprot Sederhana dan Pupuk Nanosilika di RW 01 Desa Menur”.
Mengutamakan Fakta Data sebagai Acuan dalam Pelaksanaan Program Kerja
Dalam rancangan program kerja monodisiplin masing-masing anggota yang berasal dari rumpun ilmu yang berbeda, maka program yang dilaksanakan pun menyesuaikan dengan keilmuan yang dipelajari.
Dika dan Rafiqa, Mahasiswa anggota Kelompok A dari Program Studi Statistika mengusung program kerja dengan menghimpun keseluruhan data mengenai sektor pertanian padi dan jagung, serta membuat pemetaan spasial mengenai penggunaan pupuk nanosilika dan alat semprot dari petani-petani yang berdomisili di RW 01 Desa Menur.
Data yang dihimpun oleh Dika dan Rafiqa bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi, kesiapan petani dalam mengadopsi inovasi pupuk nanosilika yang masih tergolong baru di kalangan petani desa, serta tujuan untuk bisa menciptakan susulan rancangan program lain yang relevan dengan kebutuhan petani.
Disusul dari rancangan data yang dihasilkan, didapati beberapa temuan sebesar 81,8% responden belum pernah mendengar istilah pupuk nanosilika sebelumnya, dan hanya 4 orang (18,2%) yang mengaku pernah mendengarnya. Meskipun demikian, semua responden (100%) menyatakan ketertarikannya untuk mencoba penggunaan pupuk nanosilika pada lahan mereka.
Temuan lain pada penggunaan alat semprot, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas petani di Desa Menur lebih memilih alat semprot elektrik (18 orang) dibandingkan alat semprot manual (8 orang). Dari segi intensitas penyemprotan, 44% petani menyemprot tanaman sebanyak 3–4 kali per musim tanam, 40% lebih dari 4 kali, dan hanya 16% yang menyemprot 1–2 kali. Data ini menunjukkan bahwa intensitas penyemprotan sudah cukup tinggi, namun belum sepenuhnya diiringi dengan pemanfaatan teknologi pupuk yang lebih efisien seperti nanosilika.
Selaras dari itu, Alisa, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, juga membantu menghimpun data melalui sosialisasi secara door-to-door pada 25 petani di RW 01 Desa Menur. Alisa menyampaikan sosialisasi mengenai produk pupuk nanosilika serta membagikan sejumlag produk yang juga merupakan bentuk dukungan atas pengabdian Zaenal Arifin untuk mengenalkan pupuk nanosilika selaku produk baru dalam sektor pertanian.
Berangkat Dari Data, Hidupkan Petani Menur Sejahtera
Data yang relevan tersebut kemudian mulai memunculkan usulan-usulan kreatif yang menciptakan berbagai jenis luaran dari produk hingga sosialisasi yang mensejahterakan petani di RW 01 Desa Menur.
Mengumpulkan sejumlah petani dari Kelompok Tani Sri Rejeki yang berdomisili di Desa Menur, menciptakan dan mendemonstrasikan hasil kreativitas, serta mengajak petani merdeka secara mindset, menjadi tujuan dalam sosialisasi yang diusung di kediaman Warsono, selaku Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki.
Luaran produk alat semprot sederhana merupakan ide yang diusung oleh Faris selaku Mahasiswa dari Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik. Kemudian secara berkelanjutan, ide ini dikembangkan oleh Angel, Mahasiswa Arsitektur yang ikut andil dalam perancangan desain alat semprot sederhana. Yang terakhir, agar memudahkan petani untuk bisa menggunakan alat semprot sederhana yang dapat dirakit secara mandiri oleh petani, Marsya, Mahasiswa Informasi dan Humas membagikan tata cara penggunaan alat semprot rancangan Faris dan Angel dalam sosialisasi pada Kelompok Tani Sri Rejeki.
Sosialisasi mengenai luaran produk alat semprot sederhana inipun dilengkapi dengan menunjukkan hasil kreasi alat semprot tersebut sendiri dan mendemonstrasikan di hadapan anggota Kelompok Tani Sri Rejeki. Alat semprot sederhana ini dinilai memiliki nilai biaya yang lebih rendah, sehingga petani tak perlu merogoh kocek terlalu banyak.Manfaat sama dengan alat semprot elektik, namun lebih efisien.
Tak hanya mengajak petani untuk sejahtera secara ekonomi, Tasya dan Citra, Mahasiswa Psikologi, mengajak para petani juga untuk bisa sejahtera secara mindset. Sosialisasi yang diusung merupakan ajakan untuk saling memberi dukungan antar anggota tani atau yang biasa disebut peer-support group untuk bisa meningkatkan kesehatan mental serta regulasi emosi dalam menghadapi permasalahan selama bekerja sebagai petani.
Sosialisasi dari sudut pandang psikologi lain juga disampaikan selaras untuk mendukung produk alat semprot sederhana. Tasya juga memaparkan materi mengenai efek jangka panjang yang bisa dirasakan oleh petani saat menggunakan alat semprot elektrik. Dalam paparannya, dijelaskan dampak negatif secara fisik maupun mental. Kemudian diakhiri dengan solusi dengan menggunakan alat semprot elektrik secukupnya,dan gunakan alat pelindung sesuai standar.
Satu Produk, Bermacam Kegunaan
Alat semprot yang menjadi produk utama program kerja ini, tak hanya dimanfaatkan sebagai alat semprot varietas padi dan jagung saja. Rakasiwi, Mahasiswa Peternakan, melihat potensi yang lebih besar dari sudut pandang peternakan. Program kerja yang diusulkan Rakasiwi mengubah alat semprot sederhana sebagai media penyemprotan untuk rumput liar yang menjadi makanan utama hasil ternak, khususnya kambing dan sapi.
Dalam rancangannya, Rakasiwi melaksanakan sosialisasi terhadap salah satu warga peternak kambing di RW 01 Desa Menur. Ia menyampaikan bahwa alat semprot sederhana yang ditawarkan merupakan produk multifungsi, yang tak hanya membantu menyokong di sektor pertanian, akan tetapi juga di sektor peternakan.
Digitalisasi Guna Bantu Ekspansi Hasil Tani Desa Menur
Tak hanya dengan metode konvensional, Shulhan, Mahasiswa Ilmu Komputer, melaksanakan program kerja yang visioner. Dalam program kerjanya, ia melakukan perancangan Website Desa Menur. Meski terkesan sepele, aspek digital juga menjadi perhatian penuh Shulhan menyesuaikan dengan keahlian yang dimiliki. Bersama dengan itu, Almira, Mahasiswa Ilmu Komunikasi membantu pengumpulan data yang nantinya dijadikan bahan konsumsi publik. Dalam Website, Almira dibantu oleh anggota Kelompok D KKN-T Desa Menur mengisi website dengan data Profil Desa Menur, Struktur Kepengurusan Pemerintah Desa Menur, Administrasi Penduduk Desa Menur, serta Portal Berita Desa Menur.
Almira mengumpulkan data terkait program kerja yang relevan dengan tema besar yang diusul oleh Anggota Kelompok A KKN-T Undip untuk dipublikasi melalui media online, media cetak, serta Website Desa Menur itu sendiri.
Harapan dan Keberlanjutan Program
Kehadiran Mahasiswa Kelompok A KKN-T 62 Undip di Desa Menur diharapkan menjadi katalis perubahan berkelanjutan bagi kemajuan pertanian Desa Menur. Dengan antusiasme 100% petani yang bersedia mencoba pupuk nanosilika dan alat semprot sederhana, inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mengubah mindset petani menuju pertanian moderen. Ke depannya, kolaborasi berkelanjutan antara akademisi, pemerintah desa, dan petani diharapkan menjadikan Desa Menur sebagai model pengembangan pertanian inovatif yang dapat direplikasi di desa-desa lain, sehingga dampak positif program ini terus berlanjut bahkan setelah masa KKN-T berakhir.