ArtikelWarisan Budaya

Tay Kak Sie: Menyusuri Kelenteng Terbesar di Semarang

20
×

Tay Kak Sie: Menyusuri Kelenteng Terbesar di Semarang

Share this article
Kelenteng Tay Kak Sie berlokasi di Gang Lombok yang setiap harinya dikunjungi umat Tionghoa untuk beribadah, melestarikan budaya, dan mempererat kerukunan antarumat beragama pada Sabtu (10/05). (Sumber foto: Haliza Ni’ma)

Media Waradhana – Di jantung kawasan Pecinan yang merupakan wilayah Tionghoa terbesar di Kota Semarang, tepatnya di Gang Lombok, Kauman, berdiri menjulang megah bangunan kuno yaitu Kelenteng Tay Kak Sie, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga menyimpan sejarah panjang dan nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa di Kota Semarang.

Jejak Sejarah Berdirinya Kelenteng Tay Kak Sie

Kelenteng Tay Kak Sie berawal dari sebuah tempat peribadatan yang bernama  Kwan Im Ting atau tempat pemujaan Dewi Kwan Im Po Sat, Dewi Welas Asih, yang dibangun pada tahun 1746 oleh penduduk Pecinan Lor dan Kulon. Lokasi awalnya berada di Balekambang, yang pada saat itu dikelilingi lahan kosong dan pepohonan asem yang menciptakan suasana mistis. Kemudian seiring berjalannya waktu pada tahun 1753, lokasi Kwan Im Ting semakin ramai oleh aktivitas perjudian dan pertunjukan seni yang kerap memicu kerusuhan massal.

Untuk menciptakan ketenangan, pada tahun 1771 Kwan Im Ting dipindahkan ke Gang Lombok yang diyakini memiliki feng shui lebih bagus dari lokasi lama. Lokasi baru ini dulunya merupakan kebun lombok yang terletak di tepi kali Semarang, yang secara simbolik dikaitkan dengan bunga teratai. Perpindahan Kwan Im Ting tersebut dipelopori oleh sejumlah tokoh masyarakat Tionghoa, seperti Kapten Tang Eng (Tan Kiem Sa), Mayor Tan Kiem Bing, Letnan Kho Bing Liang (Khouw Pinga), Liem Jang Kong (Liem Sang Sie), Tan Kong Hoey, Tan Tjeng, Tan Twat Gwan, Kapten Oey Tay Ting dan tokoh-tokoh lainnya. Pembangunan kelenteng dilakukan oleh para tukang dari Tiongkok dan diberi nama “Tay Kak Sie” yang artinya “Kuil Kesadaran Agung”. Pemberian nama ini diberikan oleh Kaisar Dao Guang dari Dinasti Qing yang berkuasa pada tahun 1821-1850.

Sejak awal berdiri, Kelenteng Tay Kak Sie telah mengalami renovasi besar beberapa kali di tahun 1814, 1845, 1890, 1956, dan 1982. Pada tahun 1987, sempat terjadi kebakaran yang merusak ruang pemujaan Hok Tek Tjing Sien (Dewa Bumi), sehingga dilakukan perbaikan pada ruang pemujaan tersebut.

Makna Simbolis dari Setiap Ornamen di Kelenteng Tay Kak Sie

Dengan usianya yang sudah lebih dari 262 tahun, Kelenteng Tay Kak Sie masih berdiri kokoh dan tetap dipelihara dengan baik. Proses renovasi yang dilakukan beberapa kali justru menambah keindahan pada kelenteng ini. Seperti kelenteng pada umumnya, Kelenteng Tay Kak Sie juga kaya akan ornamen dan simbol-simbol yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao, dan Konfusianisme.

Secara arsitektural, Kelenteng Tay Kak Sie merupakan kelenteng yang paling indah di Kota Semarang, baik dari segi ornamen maupun hiasan-hiasannya. Gaya arsitektur dari Tiongkok Selatan terlihat jelas, terutama pada struktur tiang panahan kayu berbentuk segitiga dan ruangan belakang tertutup rapat yang menjadi ciri khas bangunan tersebut. 

“Secara arsitektur, Kelenteng Tay Kak Sie mengambil dari tradisi budaya Tiongkong Selatan. Cirinya bermain dengan beraneka ragam warna dan ruangan belakang itu tertutup rapat”, ujar Andre Wahyudi selaku Kepala Operasional Kelenteng Tay Kak Sie.

Pada bagian atap depan, terdapat sepasang naga yang sedang memperebutkan matahari. Naga dalam mitologi Tionghoa merupakan binatang yang melambangkan keadilan, kekuatan, dan penjaga barang-barang suci.

Ornamen dua naga di atap Kelenteng Tay Kak Sie yang saling menghadap matahari melambangkan kekuatan dan keadilan, sekaligus menjadi ikon budaya Tionghoa yang dipelihara hingga kini pada Sabtu (10/05). (Sumber foto: Haliza Ni’ma)

Simbolisme lainnya datang dari pintu masuk Kelenteng Tay Kak Sie. Terdapat dua lukisan yang berada di kanan dan kiri, yaitu naga hijau dan macan putih yang berfungsi sebagai penentang pengaruh jahat yang mengganggu kelenteng. Naga hijau melambangkan kekuatan yang penuh keluwesan, sementara itu harimau putih melambangkan anak yang berbakti. Tak hanya itu, Kelenteng Tay Kak Sie dipenuhi warna dominan merah dan emas, yang setiap pewarnaannya memiliki makna khusus. 

“Dalam pewarnaan kita menggunakan warna merah yang artinya pengharapan kebahagiaan dan warna emas sebagai bentuk pengharapan untuk bisa menjadi yang terbaik,” ujar Kepala Operasional Kelenteng Tay Kak Sie, Andre Wahyudi. 

Kelenteng Tay Kak Sie menjadi tempat ibadah umat Tionghoa yang dipenuhi ornamen merah dan emas, menunjukkan bagaimana tradisi leluhur dijaga di tengah Kota Semarang pada Sabtu (10/05). (Sumber foto: Haliza Ni’ma)

Kelenteng Tay Kak Sie menjadi Kelenteng Terbesar di Kota Semarang

Dengan 29 altar pemujaan dewa dan dewi, Kelenteng Tay Kak Sie dikenal sebagai yang paling besar dan terlengkap di Kota Semarang. Hal inilah yang menjadi daya tarik utama bagi umat ataupun wisatawan. 

“Kelenteng Tay Kak Sie jelas sebagai tempat ibadah atau wadah untuk orang beribadah. Jadi dari situ kelenteng ini memiliki altar dari pemuja para dewa-dewi yang paling banyak, yaitu ada 29 altar. Sehingga, itu yang menyebabkan banyak orang yang berkunjung disini karena merasa paling komplit,” papar Andre. 

Sebuah altar di dalam Kelenteng Tay Kak Sie dipenuhi lilin, dupa, dan patung dewa-dewi di belakangnya yang digunakan umat Tionghoa untuk sembahyang dan berdoa pada Sabtu (10/05). (Sumber foto: Haliza Ni’ma)

Salah satu patung yang ada Kelenteng Tay Kak Sie adalah patung Cheng Ho. Andre menambahkan, meskipun terdapat banyak dewa dan dewi yang disembah, akan tetapi dewi yang menjadi tuan rumah di Kelenteng Tay Kak Sie adalah Dewi Pengasih atau biasa dikenal dengan Dewi Kwan Im Po Sat. 

Patung Laksamana Cheng Ho berdiri megah di depan Kelenteng Tay Kak Sie sebagai simbol penghormatan dan untuk mengenang sejarah pada Sabtu (10/5). (Sumber foto: Haliza Ni’ma)

Kelenteng Tay Kak Sie Berperan dalam Menjaga Toleransi

Sebagai salah satu tempat ibadah terbesar dan berpengaruh di Kota Semarang, Kelenteng Tay Kak Sie tidak hanya menjadi pusat kegiatan masyarakat Tionghoa, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga toleransi serta membangun harmoni sosial di tengah masyarakat berbagai etnis.

Dalam setiap tahunnya, Kelenteng Tay Kak Sie mengadakan perayaan besar seperti kirab budaya yang dilakukan setiap penanggalan Imlek 1 bulan 5 dalam kalender Cina. Kirab budaya tersebut tidak sekadar meneruskan tradisi saja, akan tetapi juga sebagai pertunjukan budaya potensial yang menjadi daya tarik wisatawan.

 

Credit: Media Waradhana/ Haliza Ni’ma

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *