ArtikelWarisan Budaya

Wisata Rasa Tradisi: Menyusuri Kampung Batik Kauman Melalui Pengalaman Interaktif

7
×

Wisata Rasa Tradisi: Menyusuri Kampung Batik Kauman Melalui Pengalaman Interaktif

Share this article
Para pengunjung sedang melakukan proses menggambar sebagai tahap awal proses batik tulis tradisional di Kampung Batik Kauman pada Sabtu (31/05). (Sumber dokumentasi : Al Kayyisa)

Media Waradhana – Surakarta tak pernah kehabisan cara untuk memikat hati para wisatawan dari berbagai daerah. Salah satu sudut budaya yang tak boleh dilewatkan adalah Kampung Batik Kauman, kampung yang menjadi tempat sejarah, seni, dan keramahan berpadu dalam lorong-lorong sederhana yang kaya akan makna.

Kampung Batik Kauman di Surakarta bukan sekadar kawasan permukiman biasa. Kampung ini terletak di sebelah barat Alun-alun Utara dan berdampingan dengan Masjid Agung Surakarta, kampung ini menyimpan jejak sejarah panjang sebagai pusat produksi batik tulis yang erat kaitannya dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Namun, di Kampung Batik Kauman bukan hanya sebagai tempat berbelanja batik, para pengunjung juga bisa merasakan pengalaman untuk membatik langsung bersama para pengrajinnya. 

Salah satu pengunjung sedang mewarnai motif batik setelah melakukan tahap mencanting di salah satu rumah batik Kampung Batik Kauman pada Sabtu (31/05). (Sumber dokumentasi : Al Kayyisa)

Saat menyusuri kampung budaya ini, para pengunjung tak hanya diajak melihat koleksi batik yang indah, tapi juga ikut serta membuatnya sendiri. Beberapa rumah batik seperti Batik Gunawan Setiawan, Batik Danar Hadi (klasik), hingga Kauman Batik House membuka workshop bagi pengunjung yang ingin mencoba membatik sendiri. Para pengunjung bisa mencoba mencanting kain dengan malam panas, belajar membuat pola, hingga mewarnainya secara manual.

“Lewat kegiatan edukasi ini ilmu saya bisa dimanfaatkan. Kadang-kadang orang ingin tahu seperti apa cara proses batik itu. Dari awal seperti apa ternyata digambar dulu, dicanting, diwarna, dan lain sebagainya, dan mereka jadi tau kalo membatik itu harus sabar dan telaten, di sini semuanya bisa merasakan pengalaman membatik” ucap pengrajin batik di Kampung Kauman sejak tahun 2000, Min. 

Tak hanya dapat merasakan pengalaman seru dari kegiatan membatik, para pengunjung juga diajak berjelajah menelusuri gang-gang di Kauman dengan konsep bangunan yang khas dengan bangunan lama yang akan membuat pengunjung merasakan seperti melangkah ke masa lalu. Rumah-rumah bergaya kolonial berjajar rapi dengan pintu dan jendela berwarna pastel. Jam dinding bergaya Eropa tergantung di salah satu dinding rumah, menambah nuansa klasik yang mempesona.

“Berkunjung ke sini ya aku kira bakal membosankan karena kan konsep wisatanya kampung budaya ya, ternyata enggak sama sekali, banyak spot foto estetik dan kegiatan membatiknya seru banget” ungkap salah satu pengunjung Kampung Batik Kauman, Sely. 

Potret jalanan Kampung setelah hujan yang diambil dari sudut jalan memperlihatkan bangunan-bangunan dengan ciri khas bangunan lama pada Sabtu (31/05). (Sumber dokumentasi : Al Kayyisa)

Tidak lengkap rasanya jika wisata budaya tanpa sajian rasa. Di pojok-pojok kampung, penjaja makanan tradisional seperti serabi solo, jadah goreng, hingga es dawet telasih turut menambah pengalaman yang menyenangkan saat berkunjung ke Kampung Batik. Hal ini memberikan pengalaman budaya yang menyentuh hati dan perut.

Kampung Batik Kauman mengajarkan kepada para pengunjung bahwa wisata yang berkesan bukan hanya soal tempat yang indah, tapi pengalaman yang bermakna. Ia menawarkan sentuhan budaya yang bisa dilihat, disentuh, dikerjakan, bahkan dirasakan dalam arti yang sesungguhnya.

Kampung Batik Kauman sangat cocok untuk para pengunjung yang ingin mengisi waktu luangnya dengan menikmati pengalaman liburan yang berbeda. Para pengunjung akan diajak duduk sejenak di salah satu sudut rumah batik, lalu memegang canting, dan merasakan ketenangan yang lahir dari proses membatik. Di Kampung Batik Kauman, pengunjung tak hanya menyusuri gang-gang dengan jejeran bangunan klasik, tetapi juga sedang menyusuri identitas sebagai bangsa Indonesia. 

 

Credit: Media Waradhana/ Al Kayyisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *